Makalah ditulis oleh : Eko Jaya
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan oleh UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 diartikan sebagai usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Sebagai implikasinya pendidikan juga memiliki fungsi untuk menjadikan manusia sebagai mahluk yang
beradab dan memiliki kemampuan dalam menghadapi seleksi alam dalam perjalananan
hidup. Usaha sadar
seperti yang dimaksud dalam undang-undang tersebut diimplementasikan dengan
membentuk lembaga pendidikan formal dan lembaga pendidikan non formal.
Pendidikan
sebagai sebuah lembaga atau organisasi akan dikelola oleh orang-orang dan
sumber daya yang beragam dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan itu
sendiri. Pengelolaan yang dilakukan ini
memerlukan manajemen dan fungsi-fungsi manajemen pendidikan. Manajemen pendidikan
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan,
dan pengendalian sumber
daya kependidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan.
Manajemen Pendidikan
adalah bidang kajian yang
mempelajari bagaimana
upaya untuk mencapai produktivitas pendidikan, dengan memobilisasi
sumberdaya yang tersedia
melalui penciptaan suasana kerja
yang kondusif dan bermartabat.
Pengertian
tersebut menunjukan bahwa diperlukan fungsi-fungsi manajemen dalam pengelolaan
pendidikan. Empat fungsi tersebut adalah perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan. Keempat fungsi ini dibutuhkan dalam upaya
mencapai tujuan pendidikan, tanpa mengenyampingkan faktor lingkungan sebagai
penentu keberhasilan pencapaian hasil.
Lingkungan
organisasi pada dekade terakhir ini dihadapkan pada berbagai perubahan, gejolak
dan kemajuan yang sering kali sulit diprediksi baik karena pergolakan maupun
karena ketidakpastian yang dialami, untuk itu diperlukan antisipasi dini
terhadap perubahan lingkungan. Menghadapi perubahan dan ketidakpastian
lingkungan ini organisasi mau tidak mau (inevitable)
harus melakukan tiga hal sebagai berikut :
1 1. Berfikir strategis
yang tidak pernah dilakukan sebelumnya
2 2. Menerjemahkan input-nya untuk strategi yang efektif
guna menanggulangi lingkungannya yang
telah berubah.
3 3. Mengembangkan
alasan yang diperlukan untuk meletakan landasan bagi pemakaian dan pelaksanaan
strateginya.
Organisasi pendidikan juga harus memperhatikan lingkungannya baik internal
maupun internal sebagai bagian dari upaya pencapaian tujuannya dengan cara
menganalisa lingkungan strategisnya (strategic
analysis). Hal ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui pengaruh-pengaruh
kunci serta pemilihan strategi yang sesuai dengan ketidakpastian, perubahan,
dan tantangan yang berasal dari lingkungan.
1.2. Pembatasan Masalah
Dalam
penulisan makalah ini penulis membatasi masalahnya sebagai berikut:
1.
Pengertian analisa
lingkungan
2.
Pengertian
strategis
3.
Pengertian analisa
lingkungan strategis
4.
Tujuan analisa
lingkungan strategis
5.
Pengertian
manajemen
6.
Pengertian
manajemen pendidikan
7.
Fungsi manajemen
1.3. Tujuan Penulisan Makalah
Sesuai
dengan latar belakang dan pembatasan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk :
1.
Mengetahui arti
dari analisa lingkungan
2.
Mengetahui arti
dari strategis
3.
Mengetahui arti
dari analisa lingkungan strategis
4.
Mengetahui tujuan
dari analisa lingkungan strategis
5.
Mengetahui arti
dari manajemen pendidikan
6.
Mengetahui fungsi
dari manajemen
7.
Menganalisa
lingkungan strategis dalam fungsi manajemen pendidikan
1.4. Sistematika Penulisan
Makalah ini ditulis dengan
menggunakan sistematika penulisan meliputi bab 1 pendahuluan terdiri dari latar
belakang masalah, pembatasan makalah, tujuan penulisan makalah dan sistematika
penulisan. Bab 2 berupa landasan teoritis, Bab 3 memuat pembahasan masalah dan
Bab 4 kesimpulan dan saran.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Manajemen
Keberhasilan pendidikan sebagai
sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya tentu saja tidak terlepas bagaimana
cara sumber daya manusia dan sumber daya yang lain dikelola dengan manajemen
yang efektif dan efisien. Manajemen berasal dari kata “manus” yang berarti “tangan”, berarti
menangani sesuatu, mengatur, membuat sesuatu menjadi seperti yang diinginkan
dengan mendayagunakan seluruh sumber daya yang ada. Pada dasarnya manajemen
merupakan suatu proses mendayagunakan orang dan sumber lainnya untuk mencapai
tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
Stoner dan Freeman
(1992) mendefiniskan manajemen sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
memimpin, dan mengawasi pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua
sumber daya organisasi yang tersedia untuk mencapai tujuan organisasi yang
dinyatakan dengan jelas, sementara Robbins dan Coultar (1996:6) mengatakan
bahwa manajemen adalah suatu proses untuk membuat aktivitas terselesaikan
secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Sedikit berbeda, American Society of Mechanical Engineers mendefinisikan
manajemen sebagai suatu ilmu dan seni mengorganisasi dan memimpin usaha
manusia, menerapkan pengawasan dan pengendalian tenaga serta memanfaatkan bahan
alam bagi kebutuhan manusia.
Ricky W. Griffin dalam
bukunya Manajemen menyatakan bahwa manajemen adalah serangkaian aktivitas
(termasuk perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber-sumber daya
organisasi (manusia, financial, fisik dan informasi) dengan maksud untuk
mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif.
Manajemen juga definisikan oleh Richard L. Daft (2003;5) dengan “... is the attainment of organization in an
effective and efficient manner trough planning, organizing, leading, and
controlling organizational resources” yang mengandung pengertian
sebagai berikut : Manajemen adalah
pencapaian tujuan-tujuan organisasi
dengan cara-cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian/pengawasan sumber daya
organisasi. Senada dengan itu, Engkoswara dan Ann Komariah (2010:87) juga
mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses yang kontinyu yang bermuatan
kemampuan dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan
suatu kegiatan baik secara perorangan ataupun bersama orang lain atau melalui
orang lain dalam mengkoordinasi dan
menggunakan segala sumber untuk mencapai tujuan organisasi secara produktif,
efektif dan efisien.
Definisi manajemen
tersebut pada intinya merumuskan bahwa manajemen merupakan proses yang
dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang untuk merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan sumber daya yang dimiliki untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
2.2. Pendidikan
Pendidikan berasal dari
kata Yunani “educare” yang berarti membawa keluar yang tersimpan, untuk
dituntut agar tumbuh dan berkembang. Dalam undang-undang Republik Indonesia No.
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Prayitno (2008)
mengatakan bahwa pendidikan merupakan pelayanan pemuliaan kemanusiaan manusia
melalui pengembangan pancadaya (kegiatan belajar dan proses pembelajaran) yang
berorientasi hakikat manusia dalam bingkai dimensi kemanusiaan. Selain itu
pendidikan diartikan sebagai usaha yang diciptakan lingkungan secara sengaja
dan bertujuan untuk mendidik, melatih dan membimbing seseorang agar dapat
mengembangkan kemampuan individu dan sosial.
Seorang pakar pendidikan
muslim dari dunia arab Muhammad Athiyah al-Ibrasyi pernah mengatakan bahwa “
pendidikan adalah mempersiapkan anak didik agar hidup sempurna dan bahagia, cinta
tanah air, kuat badannya, sempurna akhlaknya, logis cara berfikirnya, tajam
perasaannya, pandai bekerja, suka menolong, halus tutur katanya, dan terpuji
amal perbuatannya. Jika bisa hendaknya pendidikan dan pengajaran yang ada, kita
arahkan ke tujuan yang berorientasi kepada pendidikan nasional, jasmani,
akhlak, akal, perasaan, sosial, kesenian/keindahan, dan bahasa sehingga menjadi
manusia paripurna, ini yang kita harapkan.
Definisi-definisi
pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli semuanya memiliki obyek pendidikan
yang sama yaitu manusia, yang dilaksanakan secara sengaja dengan penuh
tanggungjawab serta memiliki tujuan yang jelas, hal ini senada dengan
pernyataan Adi Sasono dan kawan-kawan yang mengatakan bahwa pendidikan adalah
suatu usaha secara disengaja untuk mempersiapkan anak didik dengan menumbuhkan
kekuatan kepribadiannya baik jasmani maupun rohani dengan menggunakan alat-alat
pendidikan yang baik agar kelak menjadi manusia dewasa yang bermanfaat bagi
dirinya, masyarakat serta dapat hidup bahagia.
2.3. Manajemen Pendidikan
Tony Bush (2003) mengatakan
bahwa manajemen pendidikan adalah bidang studi dan praktek terkait dengan
operasi organisasi pendidikan, sementara H.A.R Tilaar (2006) mendefinisikan
manajemen pendidikan sebagai suatu kegiatan yang mengimplikasikan adanya
perencanaan atau rencana pendidikan serta kegiatan implementasinya. Sedangkan
menurut Hasbullah (2006) manajemen pendidikan merupakan suatu proses yang merupakan daur (siklus) penyelenggaraan
pendidikan dimulai dari perencanaan, diikuti oleh pengorganisasian, pengarahan,
pelaksanaan, pemantauan, dan penilaian tentang usaha sekolah untuk mencapai
tujuannya.
Veithzal Rivai dan Silviana
Murni (2008) juga pernah mendefinisikan manajemen pendidikan yang merupakan
suatu proses untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya pendidikan seperti
guru, sarana dan prasarana pendidikan seperti perpustakaan, laboratorium dan
lain-lain untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan. Senada dengan itu
Engkoswara dan Ann Komariah (2010) menyatakan bahwa manajemen pendidikan adalah
suatu penataan bidang garapan pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas
perencanaan, pengorganisasian, pengkomunikasian, pemotivasian, penganggaran,
pengendalian, pengawasan, penilaian, dan pelaporan secara sistematis untuk
mencapai tujuan pendidikan secara berkualitas.
2.4. Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen adalah
elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen
yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk
mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang
industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi
manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengkoordinasi, dan
mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi
tiga yaitu:
1. Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan
dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan
perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu.
Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan
kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk
memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua
fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat
berjalan.
2. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan
besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah
manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian
dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa
yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa
yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, dan pada tingkatan mana keputusan
harus diambil.
3. Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar
semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan
perencanaan manajerial dan usaha
Dalam perkembangannya banyak
ahli yang kemudian merumuskan fungsi manajemen seperti terangkum berikut ini :
2.5. Lingkungan
Lingkungan organisasi terdiri
dari lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan eksternal adalah lingkungan
yang berada diluar organisasi. Menurut Chuck Williams, 2001:51) lingkungan
eksternal adalah semua kejadian diluar perusahaan yang memiliki potensi untuk
mempengaruhi perusahaan. Selain itu T. Hani Handoko, (1996:62) mengatakan bahwa
lingkungan eksternal terdiri dari unsur-unsur diluar perusahaan yang
sebagian besar tak dapat dikendalikan
dan berpengaruh dalam pembuatan keputusan oleh manajer sementara James A.F.
Stoner mendefinisikan lingkungan eksternal terdiri atas unsur-unsur yang berada
di luar suatu organisasi, yang relevan
pada kegiatan organisasi itu.
Lingkungan eksternal dibagi
menjadi :
1. Lingkungan eksternal mikro : pelanggan, pesaing, pemasok,
pemerintah, lembaga keuangan.
2.
Lingkungan
eksternal makro : keadaan ekonomi, teknologi, politik hukum, sosial budaya.
Selanjutnya Chuck Williams
menambahkan lingkungan eksternal menjadi lingkungan yang berubah yaitu angka
kecepatan dari perubahan lingkungan umum dan khusus perusahaan baik perubahan
yang stabil maupun perubahan yang dinamis.
Lingkungan internal adalah
kejadian dan kecenderungan dalam suatuu organisasi yang mempengaruhi manajemen,
karyawan dan budaya organisasi.
2.6. Strategis
Strategi berasal dari bahasa Yunani kuno
yang berarti “seni berperang”. Suatu strategi mempunyai dasar-dasar atau skema
untuk mencapai sasaran yang dituju. Jadi, pada dasarnya strategi merupakan alat
untuk mencapai tujuan.
Menurut Stephanie K. Marrus, seperti
yang dikutip
Sukristono (1995), strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan
rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang
organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan
tersebut dapat tercapai. Selain definisi-definisi strategi yang sifatnya umum,
ada juga yang lebih khusus seperti yang dikemukakan dua orang pakar strategi,
Hamel dan Prahalad (1995), yang mengangkat kompetensi inti sebagai hal yang
penting. Mereka mendefinisikan strategi sebagai berikut: “strategi merupakan
tindakan yang bersifat incremental
(senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut
pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan
demikian, strategi hampir
selalu dimulai dari apa yang dapat
terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi
pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu
mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan”
Sedangkan Miles
dan Snow (1978) menggambarkan orientasi strategi sebagai suatu cara
pengelompokkan pengambilan keputusan oleh sebuah tindakan manajerial atau
proses manajerial (termasuk kapabilitas) dengan lingkungan
Kemudian Ansoff (1965) mengatakan bahwa strategi
itu adalah produk/lingkup pasar, keunggulan kompetitif, dan sinergi. Hofer dan
Schendel (1978) menambahkan lagi unsur pertimbangan geografis, “strategi mencakup ruang
lingkup, yang
dapat diartikan dalam kesesuaian produk atau pasar sesuai dengan wilayah
geografis.” Selain itu, disepakati juga pentingnya keunggulan kompetitif dan sinergi.
BAB 3
PEMBAHASAN MASALAH
3.1. Analisa Lingkungan Strategis
Lingkungan strategis dianalisa
untuk mengetahui pengaruh-pengaruh kunci serta pemilihan strategi apa yang
sesuai dengan tantangan yang datangnya dari lingkungan. Dalam menerapkan teknik manajemen strategik
secara baik dan berhasil, perlu dilakukan beberapa langkah pokok yang harus
dilakukan, Bryson (1995:55-71) mengetengahkan delapan langkah pokok tersebut
sebagai berikut :
1 1. Memprakarsai dan
meminta persetujuan terhadap suatu proses manajemen atau perencanaan strategik.
2 2. Mengidentifikasi
mandat institusi atau organisasi.
3 3. Memperjelas misi
dan nilai-nilai institusi organisasi.
4 4. Menilai lingkungan
eksternal yang menyangkut peluang maupun ancaman yang ada
5 5. Menilai lingkungan
internal yang berhubungan dengan kekuatan yanng dimiliki institusi maupun
kelemahan yang ada.
6 6. Mengidentifikasi
isu strategis yang dihadapi organisasi menyangkut tujuan, cara, falsafah,
lokasi, keakuratan waktu dan kelompok-kelompok yang memperoleh keuntungan atau
mengalami kerugian jika strategi baru dijalankan.
7 7. Merumuskan strategi
untuk mengolah atau menangani isu-isu yang ada
8 8. Menciptakan suatu
visi institusi atau organisasi yang efektif bagi masa depan.
Dari delapan langkah pokok
tersebut, terlihat bahwa lingkungan eksternal dan internal merupakan langkah
penting dalam melaksanakan manajemen strategis, hal ini juga dapat diterapkan untuk
organisasi pendidikan. Manajemen pendidikan dapat menganalisa dan mengkaji
lingkungan strategisnya yang terdiri dari lingkungan eksternal dan internal
untuk mencapai tujuannya
Analisis lingkungan strategis adalah
menyusun asumsi-asumsi strategis dan mengujinya dengan visi dan misi organisasi
untuk memperoleh faktor
penentu keberhasilan.
3.2. Struktur Lingkungan
Pelaksanaan analisis lingkungan
strategis merupakan bagian dari komponen perencanaan strategis dan merupakan
suatu proses untuk selalu menempatkan organisasi pada posisi strategis sehingga
dalam perkembangannya akan selalu berada pada posisi yang menguntungkan.
Lingkup analisis lingkungan strategis meliputi
- Analisis Lingkungan Eksternal
- Analisis Lingkungan Internal
3.3. Tujuan dan Peran Analisis Lingkungan
Untuk menilai lingkungan organisasi
secara keseluruhan faktor-faktor yang berada di luar maupun di dalam organisasi
yang dapat mempengaruhi kemajuan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Beberapa tujuan tersebut
diantaranya :
1. Untuk menyediakan
kemampuan dalam menggapai masalah-masalah kritis dalam lingkungan bagi
manajemen perusahan.
2. Untuk menyelidiki
kondisi masa depan dari lingkungan organisasi dan kemudian mencoba memasukkannya kedalam
pengambilan keputusan organisasi.
3. Untuk mengenali masalah-masalah
mendesak yang signifikan bagi perusahaan, dan memberikan prioritas terhadap
masalah tersebut, serta mengembangkan suatu
rencana untuk menanganinya.
Secara khusus, peran atau fungsi
analisis lingkungan bagi tiap perusahaan tentu saja berbeda-beda. Namun secara
umum jika kita mengacu kepada pendapat Certo dan Peter, maka ada tiga peran
utama yang bisa ditemui sehari-hari, yaitu :
a. Policy-Oriented
Role
Yaitu peran analisis yang berorientasi
pada kebijakan manajemen tingkat atas dan bertujuan untuk memperbaiki kinerja
organisasi dengan memberikan informasi bagi manajemen tingkat atas tentang
kecenderungan utama yang muncul dalam lingkungan.
b. Integrated
Strategic Planning Role
Peran ini bertujuan untuk memperbaiki
kinerja organisasi dengan membuat manajemen tingkat atas dan manajer divisi
menyadari segala isu yang terjadi di lingkungan perusahaan memiliki implikasi
langsung pada proses perencanaan.
c. Function
Oriented Role
Peran ini bertujuan untuk memperbaiki
kinerja organisasi dengan menyediakan infomasi lingkungan yang memberi
perhatian pada efektivitas kinerja fungsi organisasi tertentu.
3.4. Model Analisa Lingkungan Strategis
3.4.1. Analisis
SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)
Analisa SWOT adalah suatu cara
untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka
merumuskan strategi organisasi. Analisa ini didasarkan pada logika dapat
memaksimalkan kekuatan (strength) dan
peluang (opportunities) namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats) (Rangkuti, 1998).
Analisa SWOT mempertimbangkan
faktor lingkungan internal strengths
dan weakness serta lingkungan
eksternal opportunities dan threats yang dihadapi organisasi
pendidikan. Analisa ini membandingkan antara faktor eksternal peluang dan
ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan sehingga dari analisis
ini dapat diambil suatu keputusan strategi organisasi.
Tahapan
dalam analisa SWOT berupa :
1.
Pengambilan data
yaitu evaluasi faktor eksternal dan internal
2.
Analisis yaitu
pembuatan matriks internal dan eksternal dan matriks SWOT
3.
Pengambilan
keputusan
Pengambilan
data dapat dilakukan melalui wawancara ataupun analisis kuantitatif dan cara-cara lain. Tahap berikutnya adalah
membuat matriks SWOT hingga terbentuk empat alternatif kemungkinan strategi
seperti terlihat dalam gambar berikut :
Gambar 1. Matriks SWOT
STRENGTHS (S)
|
WEAKNESSES (W)
|
|
OPPORTUNITIES (O)
|
Strategi SO
Menciptakan strategi
yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
|
Startegi WO
Menciptakan
strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.
|
THREATS (T)
|
Strategi ST
Menciptakan
strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
|
Strategi WT
Menciptakan
strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
|
Setelah membuat matriks SWOT
dan menentukan empat alternatif strategi, manajemen kemudian harus mengambil
keputusan dengan merujuk pada strategi yang diperoleh dalam matriks SWOT.
3.4.2.
Analisis TOWS (Threat, Opportunity, Weakness, Strength, Threat)
Seiring dengan perkembangan
kebutuhan manusia dan pertumbuhan teknologi dari konvensional ke digital metode
analisa SWOT Matrix mulai ditinggalkan. Sebab kekuatan (internal) belum tentu
dapat memenuhi peluang pasar dengan baik dan mampu menghadapi tekanan atau
tantangan. Saat ini berkembang analisa
TOWS yang mengedepankan faktor eksternal dibandingkan faktor internal. Mereka
terlebih dulu mempelajari dan menginvestigasi peluang faktor-faktor eksternal,
karena dianggap bersifat lebih dinamis dan bersaing Sesudah
mendapatkan informasi eksternal, barulah dilakukan beberapa penyesuaian sampai
perbaikan potensi internal untuk menciptakan peluang menguntungkan.
Berdasarkan analisa TOWS
Matrix tersebut kemudian dilakukan 4 langkah berikutnya, yaitu;
1. Memaksimalkan potensi atau kekuatan
2. Memastikan kelemahan tidak membebani usaha atau
kemajuan
3. Memaksimalkan peluang yang tersedia
4. Mengantisipasi segala bentuk tantangan & menyediakan
beberapa solusi
Harold Koontz dan
Heinz Weihrich[11]
menggambarkan matriks TOWS sebagai berikut :
Gambar 2. Matriks
TOWS
Internal strengths (S)
|
Internal weaknesses (S)
|
|
External Opportunities (O)
|
SO strategy : Maxi-Maxi
Potentially the most
succesful strategy, utilizing the organization’s strengths to take advantage
of opportunities
|
WO strategy : Mini-Maxi
e.g., develpmental
strategy to overcome weaknesses in order to take advantage of opportunities
|
External threats (T)
|
ST strategy : Maxi-Mini
e.g., use of strengths to cope with
threats or to avoid threats
|
WT strategy : Mini-Mini
e.g., rethrenchment, liquidation or
joint venture to minimize both weaknesses and threats
|
Berdasarkan analisa TOWS Matrix itu juga
dihasilkan 4 strategi pencapaian target, yaitu;
1. SO (Aggressive Strategy): Menggunakan kekuatan internal
untuk mengambil kesempatan yang ada di luar.
2. ST (Diversification strategy): Menggunakan kekuatan
internal untuk menghindari ancaman yang ada di luar.
3. WO (Turn Around) – Menggunakan kesempatan eksternal
yang ada untuk mengurangi kelemahan internal.
4. WT (Defensive strategy) – Meminimalkan kelemahan dan
ancaman yang mungkin ada.
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat diambil dari makalah ini adalah :
P 1. Pendidikan sebagai
organisasi dikelola oleh orang-orang dan sumber daya lain dalam manajemen sebagai
upaya mencapai tujuannya.
2 2. Manajemen Pendidikan
adalah bidang kajian yang
mempelajari bagaimana upaya
untuk mencapai produktivitas pendidikan, dengan memobilisasi
sumberdaya yang tersedia
melalui penciptaan suasana kerja
yang kondusif dan bermartabat.
3 3. Manajemen pendidikan harus menganalisa lingkungan
strategisnya baik faktor lingkungan eksternal maupun internal dalam upaya
pencapaian tujuan.
4 4. Analisa strategis dapat dilakukan dengan model analisa
SWOT, TOWS ataupun Ballance Scored Card.
5 5. Model analisa SWOT adalah suatu cara untuk
mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka merumuskan strategi
organisasi. Analisa ini didasarkan pada logika dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities) namun secara bersamaan
dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats)
6 6. Model Analisa TOWS
adalah pengembangan dari model SWOT analisa dengan mengedepankan faktor
eksternal dibandingkan faktor internal.
4.2. Saran
2. Manajemen
pendidikan harus menganalisa lingkungan strategisnya dalam upaya mencapai
tujuan
3. Manajemen pendidikan
dapat menggunakan model analisa lingkungan strategis TOWS matrix sebagai alternatif analisa lingkungannya.
Daftar Pustaka
1. al-Ibrasyi, M. A. Ruh
at-Tarbiyah wa Talim. Daru Ihya al-Kutub al-Arabiyah.
2. Depdikbud. (1992).
3. Griffin, R. W. (2004). Manajemen.
Erlangga Jakarta.
4. Handoko, T. H. (1999). Manajemen.
Yogyakarta: BPFE.
5. Haroold Koontz, H. W. (2008). Essentials
of Management seventh edition. Tata McGraw-Hill.
6. Manurung, D. L. (2010). Strategi dan
Inovasi Model Bisnis Meningkatkan Kinerja Usaha. PT Elex Media
Komputindo.
7. Prof. Dr. Ir Marimi, M. (2004). Teknik
dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Grasindo.
8.· Salusu, J. (2004). Pengambilan
Keputusan Stratejik: untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit.
Grasindo, Jakarta.
9. Stoner, J. A. (1996). Manajemen
(terjemahan). Jakarta: Erlangga
10. Tangkilisan, H. N. (2005). Manajemen
Publik. PT Grasindo, Jakarta.
11. Umar, H. (2001). Strategic Management
in Action. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
12. UU Sisdiknas No. 20. (2003).
13. Williams, C. (2001). Manajemen
(terjemahan). Jakarta: Salemba Empat.